What I'm concerned of..

Send your message of solidarity!

Selasa, 26 Oktober 2010

Kesehatan Gigi&Mulut: Karies Gigi

Karies Gigi
Salah satu permasalahan gigi dan mulut yang sering terjadi adalah karies gigi, linu pada gigi, dan bau mulut. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan mulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan interproximal) meluas ke arah pulpa (Brauwer). Definisi lain karies adalah suatu proses kronis regresif dimulai dengan larutnya mineral email akibat gangguan keseimbangan antara email dan sekelilingnya disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial kemudian terjadi destruksi komponen organik (Schurs). Jika tidak diobati oleh dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkan gigi tanggal. Karies gigi dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat lanjut perkembangan (stadium karies), dan jaringan keras yang terkena (Anonim 2010).

Etiologi Karies Gigi
 Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Anonim 2008)

Beberapa faktor yang dihubungkan dengan karies gigi yaitu morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, kimia, dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makana menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengan-dung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel me-ngalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. (Tortora&Derrickson 2006).

Gejala Karies Gigi
 Biasanya, karies di dalam enamel tidak menyebabkan sakit; keluhan baru timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin yaitu gigi terasa linu. Linu yang dirasakan jika meminum minuman dingin atau makanan manis menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Jika pengobatan dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dengan penambalan gigi. Keluhan nyeri atau sakit, biasanya dirasakan dengan sakit berdenyut menandakan karies sudah mencapai pulpa (rongga dalam gigi yang berisi syaraf, pembuluh darah).  Nyeri tetap ada walaupun perangsangnya dihilangkan (contohnya air dingin). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada pe-rangsangan (sakit gigi spontan) (Anonim 2010).

Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati, maka untuk sementara waktu nyeri akan hilang. Tetapi tidak lama kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika dipakai untuk menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dari ujung akar dan menyebabkan abses (penumpukan nanah). Nanah yang terkumpul di sekitar gigi cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya. Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan pada gusi di dekatnya atau bisa menyebar lebih jauh melalui rahang dan mengalir ke dalam mulut atau bahkan menembus kulit di dekat rahang (Anonim 2010)

Pencegahan Karies Gigi
 Pencegahan meliputi seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis). Leavell dan Clark dari Universitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pelayanan diarahkan pada tahap pre-patogenesis atau pencegahan primer timbulnya penyakit, dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (specific protection). Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme.

Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.

Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini. Pencegahan primer yang dilakukan dokter gigi meliputi aplikasi topikal, pit dan fisur silen, konseling diet, program kontrol plak, dan melakukan pengukuran risiko karies. Pencegahan primer yang diberikan dalam masyarakat adalah fluoridasi air minum, fluoridasi air sekolah dan kumur-kumur dengan larutan fluor sedangkan individu melakukan tindakan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan menggunakan alat pembersih gigi dan mulut lainnya (Anonim 2008).

Pengobatan Karies Gigi
 Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa membaik dengan sendirinya dan bintik putih di gigi akan menghilang.  Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi).  Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pulpa. Pada stadium lanjut kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut atau tenggorokan, diperlukan pemberian obat antibiotik, analgetik untuk menyembuhkan pembengkakan. selanjutnya bisa dilakukan perawatan akar gigi atau pencabutan gigi. Jika gigi dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses menggigit (Anonim 2010).




Anonim. 2008. Karies gigi: Pengukuran risiko dan evaluasi. http://usupress.usu.ac.id [17 September 2010]
Anonim. 2010. Karies (gigi berlubang). http://www.puskesmascarita.com [16 September 2010]
Sasmita IS dan Pertiwi ASP. 2009. Identifikasi, Pencegahan, dan Restorasi sebagai Penatalaksanaan Karies Gigi pada Anak. http://pustaka.unpad.ac.id [17 September 2010]
Tortora GJ, Derrickson B. 2006. Principles of Anatomy and Physiology.          NJ: John Wiley&Sons.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar