What I'm concerned of..

Send your message of solidarity!

Jumat, 21 Oktober 2011

what is CAPSA? what is WFP?

CAPSA stands for Centre for Alleviation of Poverty through Sustainable Agriculture, part of ECSAP or The United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific. ECSAP is the regional development arm of the United Nations for the Asia-Pacific region. With a membership of 62 Governments, 58 of which are in the region, and a geographical scope that stretches from Turkey in the west to the Pacific island nation of Kiribati in the east, and from the Russian Federation in the north to New Zealand in the south, ESCAP is the most comprehensive of the United Nations five regional commissions. It is also the largest United Nations body serving the Asia-Pacific region with over 600 staff.
Established in 1947 with its headquarters in Bangkok, Thailand, ESCAP seeks to overcome some of the region’s greatest challenges. It carries out work in the following areas:
(Taken from: http://www.unescap.org)

CAPSA itself is the subsidiary body of the ESCAP, based in Bogor, Indonesia. CAPSA was founded in 1981 as the CGPRT Centre (The Regional Co-ordination Centre for Research and Development of Coarse Grains, Pulses, Roots and Tuber Crops in the Humid Tropics of Asia and the Pacific). To reflect on the shift of its mission, during the sixty-sixth Commission session in May 2010 ESCAP member states adopted the decision to rename the Centre to Centre for Alleviation of Poverty through Sustainable Agriculture (CAPSA).

Vision
CAPSA's vision is an Asia and Pacific region free of hunger and poverty, where policymakers base their decisions and investment allocations on sound science that reflects the needs and perspectives of the rural poor, especially those who depend on agriculture for their livelihoods.

Goal
CAPSA's goal is to reduce poverty and enhance food security in Asia and the Pacific by promoting sustainable agriculture.

Objectives
  • Enhanced national capacity for socioeconomic and policy research on sustainable agriculture for poverty reduction and food security
  • Enhanced regional co-ordination and networking to successfully scale up and scale out research findings that have implications for policy design and implementation related to sustainable agriculture and rural development
  • Enhanced capacity of policymakers and senior government officials to design and implement policies to achieve rural development, poverty reduction and food security through sustainable agriculture in Asia and the Pacific

(Taken from: http://www.uncapsa.org)


Yesterday, I attended a lecture given by Dr. Upali Wickramasinghe as the Regional Adviser on Poverty Reduction and Food Security in CAPSA. It was very amazingly useful for me and us as a students who learn nutritional science :D


Here's the brief report about the lecture,
entitled: Sustainable agriculture for poverty reduction



Food security: undernourished people, 925 million in the world, southeast Asia has the biggest problems
Vulnerability to climate change is the reality now: decreasing length of growing period, decrease in reliable crop growing, rise in max tempt, change in rainfall/rainy day: areas sensitive to climate change
Vulnerability: spread if diseases à avian influenza outbreaks
Vulnerability: markets and institutions à price reliability: rice prices
Sustainability in terms of food production and how it relates to agriculture in the future that can be predicted: population growth à will be in amount 9.00 billion in 2050, now at 6.00-7.00 billion
Demands of foods: future scenario: income will also grow along with population will also grow, the poorer will still be poor and the demands of food will increase significantly (70%). How will we fulfill it?
Potential crop expansion: Latin American and sub-Saharan is the highest
Irrigation and water resources that have renewable water resources: Latin American and Carribean
Forest cover has decline so much in Indonesia

Sustainable agriculture for poverty reduction
In agriculture: current practices are continued without undermining the regenerative capacity of the biodiversity, such as soil or water
Three dimensions/aspects of sustainable agriculture: environmental, economic, and social
Agriculture’s impact: soil depletion, water scarcity, habitat loss
Major causes: expansion crop production and food mechanization, substitution pesticides for labor: pesticide residue in food, increasing livestock (ammonia emission), land clearing that caused by deforestation



The silver lining is.. need the sustainable system in agriculture to overcome the poverty, if it's not us.. then who else will? :)


cheers,
busaski 

Minggu, 16 Oktober 2011

IBM 3: Kerusakan bahan pangan (daftar pustaka)

Andarni Lili. 2003. Perubahan sifat fisik dan fungsional telur ayam ras dengan perendaman minyak kelapa dan Kelapa sawit selama penyimpanan [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Astawan M. 2008. Sehat Dengan Sayuran Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan Dengan Sayuran. Jakarta: Dian Rakyat.

Erwin LT. 2006. Masakan Tempe dan Tahu Lezat dan Sehat Alami. Jakarta:          Gramedia Pustaka Utama.

Mustafa RM. 2006. Studi efektifitas bahan pengawet alami dalam pengawetan tahu          [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Sediaoetama AD. 200. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian         Rakyat.

Sudaryani T. 2000.Kualitas telur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Tarwotjo CS. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana            Indonesia.

Tim Dapur DeMedia. 2008. Masakan Daging Sapi Nusantara. Jakarta: DeMedia Pustaka.

Wijaya KA. 2009. Seri Hortikultura Buah-Buahan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

[Anonim]. 2009. http/e-dukasi.net. Kerusakan Bahan Pangan. [1 Maret 2009]

IBM 3: Kerusakan bahan pangan

dear friends,

ini ada beberapa tinjauan pustaka tentang kerusakan bahan pangan, ada protein hewani, karbohidrat, dan sayuran.. this is it!

Ikan
Ikan merupakan sumber zat protein yang sangat baik, mudah dicerna, mudah dimasak, dan cepat matang serta enak rasanya. Lemak atau minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh Omega-3, yang dpat menurunkan kadar lemak darah dan dapat mencegah pengumpalan trombosit. Ikan terbagi menjadi dua golongan yaitu ikan laut dan ikan darat. Ikan laut seperti ikan tongkol, ikan kakap, ikan bawal, ikan selar, ikan kembung, ikan layang, dan ikan teri. Ikan darat seperti ikan gurami, ikan mas, ikan mujair, ikan tawes, ikan banding, ikan sepat, ikan lele, ikan bandeng, ikan belanak, ikan belida (Notopterus chilatus), belut, dan ikan betok.
Ikan mujair memiliki warna hitam campur putih, dagingnya agak padat dan kering, dapat hidup di mana saja, mudah diternakkan, tidak banyak duri, dan apabila dimasak dagingnya mudah rusak.
Ikan yang paling segar dipilh bila ikan itu masih hidup. Namun umumnya ikan akan dijual di pasaran sudah mati. Hal-hal yang perlu diamati adalah daging ikan masih elastis atau kenyal, insangnya masih berwarna merah segar, tidak berbau busuk, sisik mengkilap, dan masih utuh serta mata ikan masih bening (Tarwotjo 1998).
   Ciri-ciri ikan yang laik untuk dikonsumsi adalah seperti tabel dibawah ini :
No.
Keadaan
Ikan Segar
Ikan Tidak Segar
1
Kenampakan
Cerah, terang, tidak berlendir, dan mengkilat
Tampak kusam, suram, dan berlendir jika diraba
2
Bau
Segar dan normal seperti keadaan daerah asalnya
Busuk, menyengat, dan asam
3
Mata
Tidak berlendir, cerah dengan kondisi masih menonjol keluar
Cekung, terlihat masuk ke dalam rongga mata
4
Sisik
Tampak cerah dan melekat kuat jika dipegang
Tampak kusam dan mudah rontok jika dipegang
5
Mulut
Terkatup
Terbuka
6
Insang
Merah cerah
Merah gelap dan kecoklatan
7
Dubur
Berwarna merah jambu, pucat, merah
Menonjol keluar dan berwarna
8
Daging
Kenyal dan masih dalam kondisi lentur
Lunak (tidak kenyal)
9
BJ
Bila dimasukkan dalam air, tenggelam
Terapung dipermukaan air

(Purnomowati et.al. 2008)
Daging
Ciri-ciri daging sapi yang asli dan segar adalah dagingnya berwarna merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan, tekstur daging kenyal, dan biasanya dijual dengan cara digantung. Sedangkan ciri daging sapi gelonggong adalah dagingnya berwarna pucat, teksturnya lembek dan cepat busuk, kadar airnya sangat banyak sehingga jika daging ditekan akan mengeluarkan air, dan biasanya dijual dengan cara digeletakkan di atas meja (tidak digantung) (Tim Dapur DeMedia 2008).

Ayam
Ayam termasuk unggas populer, yang digemari sebab rasanya enak, mudah dimasak, dan cepat empuk. Saat ini, ayam mudah didapat di pasaran, baik dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk yang sudah dipotong-potong menurut ruas, mulai dari bagian kepala, leher, dada, punggung, sayap, paha atas, dan paha bawah, kaki atau cakar (Tarwotjo 1998).
   Ayam dapat dibedakan menjadi dua jenis umum, yaitu ayam buras (buras=bukan ras atau ayam kampung) dan ayam ras (ayam negeri). Ayam buras sebelumnya dikenal sebagai ayam kampung atau ayam lokal, banyak diternakkan di pedesaan, sampai sekarang masih banyak digemari oleh masyarakat dalam segi rasa dan aroma. Ayam kampung tak banyak lemak, kalau dimasak tidak ada rasa atau bau yang kurang enak atau anyir. Hal ini cocok sekali bila digunakan untuk membuat kaldu atau masakan yang banyak kuah, seperti soto atau sup. Ayam kampung banyak dijual yang masih hidup, ada juga yang sudah dipotong, biasanya ukurannya lebih kecil dan kurus daripada ayam negeri (Tarwotjo 1998).
   Ayam ras atau ayam negeri adalah ayam yang diternakkan dari bibit unggul tertentu, dipelihara, diatur makanannya sehingga pertumbuhannya baik sekali, besar, gemuk dan dapat diproduksi secara besar-besaran. Ayam petelur adalah ayam yang diternakkan diambil telurnya saja, tidak untuk dipotong. Sebaliknya ayam potong adalah ayam yang diternakkan hanya untuk dipotong dan dimakan dagingnya, tidak sampai bertelur. Ayam potong biasanya dijual sebagai ayam broiler, yaitu ayam yang masih muda, empuk, dan cocok untuk masakan ayam panggang, grill atau ayam goreng. Lemaknya sedikit, makin tua umur ayam makin banyak lemaknya, terutama di bagian ekor, leher, dan di bawah kulit serta di sekeliling jeroan (Tarwotjo 1998).
   Produk ayam merupakan tempat tumbuh yang ideal bagi mikroba untuk memproduksi toksin. Untuk mencegah kerusakan daging ayam, perlu segera dimasak atau disimpan di dalam lemari es (bagian freezer, yaitu tempat untuk membekukan daging). Karkas dingin dapat tahan simpan 1 – 2 hari dalam lemari es yang paling dingin. Sebaiknya, penyimpanan dibungkus dahulu dengan kertas lilin, dan jeroannya disimpan tersendiri. Tanda-tanda karkas dingin yang telah rusak ialah kadar air meningkat, bau sudah menyimpang (tidak sedap, tercium bau amonia dan senyawa sejenisnya), tidak segar, timbul lendir, berubah warna, dan pH meningkat (Tarwotjo 1998).

Telur
Telur mempunyai faktor-faktor kualitas. Faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu faktor kualitas eksterior dan faktor kualitas interior. Faktor kualitas eksterior terdiri atas warna, bentuk, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kerabang telur. Sedang faktor-faktor interiornya meliputi keadaan putih telur dan bentuk kuning telur. Keadaan putih telur dapat terlihat dari kekentalannya, sedangkan keadaan kuning telur dapat terlihan dari ada tidaknya noda pada putih telur (Umar 2000 dalam Andarni 2003).
Secara keseluruhan kualitas sebutir telur tergantung pada kualitas isi telur dan kulit telur. Selain itu berarti juga menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas telur. Faktor-faktor yang menentukan kualitas telur antara lain, kualitas telur sebelah dalam (isi telur), kualitas telur sebelah luar dan berat telur. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas isi telur diantaranya kondisi rongga udara, kuning telur dan putih telur (Sudaryani 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas telur diantaranya :
  1. Rongga udara
      Telur yang segar memiliki rongga udara yang lebih kecil dibanding dengan telur yang       sudah lama disimpan.
  1. Kuning telur
      Telur yang segar memiliki kuning telur yang tidak cacat, bersih, dan tidak terdapat pembuluh darah. Selain itu di dalam kuning telur tidak terapat bercak daging atau bercak darah. Kuning telur yang mengalami penurunan kualitas mempunyai ciri-ciri yaitu,      volume berkurang, pH bertambah besar, kadar amonia bertambah, dan letak kuning telur bergeser.
  1. Putih telur
      Putih telur dari telur yang segar adalah tebal atau kental yang diikat oleh kalaza. Kualitas telur dapat pula ditentukan oleh banyaknya albumin kental. Albumin kental tersebut terdiri dari serat protein yang panjang-panjang yang disebut ovomucin (Andarni 2003).
            Secara umum kualitas isi telur dapat dikategorikan baik jika tidak terdapat bercak darah, tidak ada bercak calon embrio, kondisi putih telur yang kental dan tebal, serta kuning telur yang tidak pucat. Telur akan mengalami perubahan kualitas seiring dengan lamanya penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanan akan mengakibatkan terjadinya banyak penguapan cairan di dalam telur. Penguapan tersebut mengakibatkan kantong udara semakin besar. Selain itu suhu penyimpanan juga mempengaruhi kualitas telur. Suhu optimum penyimpanan telur antara lain adalah sekitar 12-15 0C dan dengan kelembaban 70-80 %. Apabila telur disimpan dibawah atau diatas suhu dan kemlembaban tersebut, maka akan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas telur (Sudaryani 2000).

Susu
Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu (mamae), baik dari binatang maupun dari mamae ibu. Air susu ibu biasa dikenal dengan ASI sedangkan susu hewan sebagai susu pengganti ASI Tidak ada susu ternak yang menyamai susu ibu meski telah diolah sedemikian rupa. Kadar Enersis, kadar protein, lemak, mineral Ca pada susu hewan hanya cocok untuk anak hewannya saja. Dari kadar proteina, lemak, dan zat kapur sangat diperlukan dalam pertumbuhan bayi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bayi manusia adalah paling lambat dan kecepatannya semakin tinggi berturut-turut untuk anak sapi, kemudian kerbau  (Sediaoetama 2006).
Susu sedemikian praktis sama dengan susu segar dalam komposisinya, hanya mengalami pensterilan sebelum dikalengkan untuk memperpanjangdaya tahan dengan menghindarkan perkembangan berbagai jenis bacteria pembusuk dan yang menyebabkan fermentasi. Proses yang dialami susu ini di bawah 100º Celsius beberapa kali diselingi dengan mendinginkan pada suhu kamar. Dengan cara demikian diharapkan bacteria aktif dibunuh dan sporanya berubah menjadi bakteria aktif kemudian dibunuh juga sehingga bakteria dan spora yang ada dalam susu asalnya menjadi habis (mati semua) (Sediaoetama 2006).

Beras
Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam) yang akan menjadi dasar dedak kasar. Dedak halus berasal dari lapisan-lapisan permukaan biji beras, misalnya lapisan aleuron lembaga, dan beberapa lapis sel biji beras yang terlepas pada waktu proses penggilingan. Bila dedak kasar tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, maka dedak halus dapat dijadikan bahan makanan untuk konsumsi (Sediaoetama 2006).
            Beras memiliki sifat-sifat, diantaranya:
a.    Sifat Fisikokimia
Sifat-sifat fisikokimiawi beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan protein dan kandungan lemak. Pengaruh terutama muncul setelah gabah atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan mutu beras.
Struktur granula pati dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian yang kristalin dan bagian yang amorf. Struktur kristalin merupakan susunan yang teratur dan kompak yang tersusun dari amilosa dan bagian rantai lurus pada amilopektin. Bagian amorf lebih mudah menyerap air dan lebih mudah diserang oleh enzim (Haryadi 2008).
b.    Mutu Beras
Secara umum, mutu beras dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (1) mutu giling, (2) mutu rasa dan mutu tanak, (3) mutu gizi, (4) mutu berdasar ketampakan dan kemurnian biji. Dalam usaha pemuliaan padi, penentu mutu beras dikelompokkan menjadi (1) rendeman giling, (2) kenampakan bentuk dan ukuran biji, (3) sifat-sifat tanak dan rasa nasi (Haryadi 2008).
c.    Perubahan Sifat Akibat Penyimpanan
Gabah ataupun beras merupakan struktur bahan hayati yang kaya zat gizi dan masih melakukan kegiatan metabolism. Oleh sebab itu dalam penyimpanannya dapat mengalami perubahan, baik secara fisik, kimiawi, enzimatik dan mikrobiologis yang kompleks, yang mempengaruhi kualitas dan kuantitasnya. Namun demikian penyimpanan yang lama, atau sering dinamakan pengusangan (aging) dalam batas-batas tertentu dapat meningkatkan mutu gilingan dan mutu tanak beras. Perubahan pengusangan dapat juga mempengaruhi rasa dan nilai gizi, serta nilai komersial beras (Haryadi 2008).
Gabah ataupun beras akan mengalami perubahan sifat fisikokimiawi dan mutunya pada penyimpanan selama 4-6 bulan pertama, terutama jika suhu penyimpanannya diatas 15°C (Haryadi 2008).
Komposisi udara dalam penyimpanan mempengaruhi aktivitas enzim dan jasad renik. Konsentrasi oksigen berpengaruh terhadap mutu beras. Jika gabah disimpan tanpa aerasi, udara pada ruang penyimpanan menjadi kekurangan oksigen sebagai akibat respirasi gabah atau kegiatan jasad renik yang menggunakan oksigen (Haryadi 2008)..
Kecepatan dan besarnya perubahan sifat-sifat gabah terutama disebabkan oleh suhu penyimpanan dan kadar air. Makin tinggi suhu dan kadar air, makain besar perubahan yang terjadi (Haryadi 2008)..
Lemak merupakan penyusun utama penyebab kemunduran aroma dan pengembangan bau tidak enak, peningkatan keasaman dan perubahan lain yang mempengaruhi sifat-sifat dan cirri-ciri khas beras. Kerusakan lemak dikatalisis oleh lipase dan lipoksidase. Aktivitas lipase meningkat selama penyimpanan, yang makin tinggi pada kadar air yang makin tinggi (Haryadi 2008).
Warna merupakan sifat beras yang relative mantap. Pada keadaan yang normal, perunahan warna tidak terjadi pada penyimpanan selama 6 bulan, perubahan dapat terjadi jika keadaan lingkungannya kurang baik. Endosperm beras dapat menguning, yang prosesnya tergantung terutama pada suhu dan aktivitas air. Pengaruh kandungan oksigen kecil, kandungan CO2 tidak mempengaruhi. Pada kadar air yang sama, penguningan endosperm gabah lebih cepat daripada penguningan endosperm beras, karena aktivitas air gabah lebih tinggi daripada aktivitas beras (Haryadi 2008)..
Perubahan aroma beras selama penyimpanan lebih cepat daripada perubahan warnanya. Pengembangan bau tidak enak selama penyimpanan tergantung pada suhu, kadar air dan derajat penggilingan (Haryadi 2008).

Tahu
Tahu merupakan gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyaringan kedelai yang telah digiling dengan penambahan air. Penggumpalan kedelai dilakukan dengan cara penambahan biang atau garam-garam kalsium, misalnya kalsium sulfat yang dikenal dengan nama batu tahu, batu coko, atau sioko (Sarwono, Saragih 2003). Tahu yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain, beraroma kunyit jika berwarna kuning, teksturnya agak lunak, dan tidak beraroma asing atau tidak normal. Syarat mutu tahu berdasarkan SNI 01-3142-1992 adalah mempunyai bau yang normal, rasa yang normal, berwarna putih atau kuning, dan dengan penampakkan normal yang tidak berlendir (Mustafa 2006).
            Komposisi tahu yang banyak mengandung protein dan air menyebabkan tahu menjadi media yang cocok untuk berkembangnya mikroba, sehingga tahu menjadi cepat mengalami kerusakan (Sarwono, Saragih 2003). Kerusakan mikrobiologis pada tahu tergantung dari beberapa faktor, diantaranya (1) adanya bakteri yang tahan panas seperti golongan pembentuk spora dan termodurik, (2) adanya bakteri kontaminan yang mengkontaminasi tahu selama proses pembuatan sampai tahu siap untuk dikonsumsi, (3) Suhu penyimpanan, (4) adanya enzim tahan panas yang dihasilkan oleh golongan bakteri tertentu (Shurleff, Aoyagi 1979 dalam Mustafa 2006). Perubahan yang terlihat dari luar apabila sebuah tahu telah mengalami kerusakan adalah apabila mengeluarkan bau asam sampai dengan busuk. Selain itu permukaan tahu berlendir, tekstur menjadi melunak, kekompakkan berkurang, warna dan penampakkan menjadi tidak cerah, kadang-kadang berjamur pada permukaannya (Ferdiaz dkk 1988 dalam Mustafa 2006).
           
            Tempe
            Tempe merupakan produk asli indonesia, yang saat ini tidak hanya disukai orang Indonesia. Bahan baku tempe adalah kedelai yang difermentasi dengan bantuan ragi. Selain mengandung protein nabati, tempe juga mengandung beberapa asam amino yang dibutuhkan oleh manusia (Erwin 2006). Tempe secara umum mempunyai ciri-ciri berwarna putih. Warna putih tersebut dikarenakan pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai. Pertumbuhan miselia-miselia jamur tersebut mengakibatkan terbentuknya struktur yang kompak antara degradasi komponen-komponen dalam kedelai selama fermentasi yang menyebabkan timbulnya flavor tempe yang khas (Supriyatno dkk 1999 dalam Alawi 2003). Tempe yang masih baru dan segar terasa padat jika ditekan. Jika tempe mulai lunak dan kehitaman, serta berlendir dan bau yang menyengat maka itu dapat merupakan tanda bahwa tempe sudah berusia beberapa hari. Jika ingin menyimpan tempe dalam lemari es, bungkuslah rapar-rapat, dan sebaiknya tidak menyimpan tempe lebih dari 3 hari dalam lemari es (Erwin 2006).

Jeruk
Jeruk terkenal dengan predikat buah sehat yang mengandung vitamin C tinggi dan dengan sebuah jeruk ukuran besar (150 g) kebutuhan vitamin C harian orang dewasa hampir terpenuhi. Sehingga bagi orang yang hidup melewati musim dingin (winter) menggantungkan kebutuhan vitamin C mereka pada jeruk. Kecuali vitamin C, jeruk juga kaya dengan mineral seperti kalsium, magnesium, kalium, fosfor, dan zat besi (Wijaya 2009).

Pisang (Musa paradisiaca)
Pisang berasal dari daratan Asia dan kata banana berasal dari bahasa Arab, yaitu banan yang berarti jari. Pisang dinyatakan sebagai makanan sehat, karbohidrat yang terkandung di dalamnya dapat menyamai kentang, dan dengan provitamin A dan vitamin B yang tergolong tinggi jika dibandingkan dengan buah-buah lain (Wijaya 2009).
Suhu yang paling baik untuk menyimpan pisang adalah suhu kamar. Tidak dianjurkan menyimpan pisang di dalam lemari es karena dapat membunuh aroma pisang yang khas (Wijaya 2009).

Kentang
Kentang memiliki kadar air cukup tinggi sekitar 80 persen. Pati kentang memiliki amilosa dan amlilopektin dengan perbandingan 1:3. Kandungan karbohidrat dalam kentang sebesar 18%, protein 2.4%, dan lemak 0.1%. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin c dengan kadar mencapai 31mg-100mg. Vitamin lain yang cukup menonjol adalah niasin (B1). Kentang juga merupakan sumber mineral seperti kalsium 26mg/100g, fosfor 49mg/100g, besi 1.1mg/100g, dan kalium 449mg/100g. namun kndungan natriumnya sangat rendah yaitu 0.4mg/100g (Astawan 2008)

Wortel
Wortel merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berasal dari kelompok sayuran yang memiliki potensi sebagai sumber vitamin A. Wortel mengandung provitamin A, yaitu karoten yang dapat mencegah penyakit rabun senja, diare, mencegah beberapa kanker dan meningkatkan kesuburan (Astawan 2008).
Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, gula alamiah, pectin, glutation, mineral (kalium, kalsium, fosfor,besi, magnesium, natrium, kromium), asparagin, serta anti kanker. Dalam wortel terkandung pektin,yaitu jenis serat pangan larut air yang berperan pentinguntuk menurunkan kadar kolesterol, dan gula darah, sehingga mencegah penyakit diabetes dan aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner dan stroke. Selain itu, wortel mengandung serat tidak larut mencegah terjadinya gangguan pencernaan. (Astawan 2008)

Sawi
Sawi banyak mengandung vitamin dan mineral. Kadar vitamin K, A, C, E dan folat tergolong unggul. Mineral pada sawi yang tergolong unggul adalah mangan dan kalsium. Selain itu, sawi juga unggul dalam hal asam triptofan dan serat pangan. Kandungan vitamin K mencapai 419.3 mkg per cangkir. Vitamin K sangat berguna untuk membantu proses pembekuan darah.
Kadar vitamin A juga sangat tinggi. Konsumsi secangkir sawi cukup untuk memenuhi 84.9% kebutuhan tubuh akan vitamin A per hari. Konsumsi secangkir vitamin C cukup untuk memenuhi 59% kebutuhan tubuh. Peran utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interselular. (Astawan 2008)

semoga bermanfaat! :)

Sabtu, 15 Oktober 2011

AIPGI meeting, Feb 2011

Dear friends :)

How's life treatin u?

Aku mau cerita soal hasil pertemuan Ilmagi dgn AIPGI di awal tahun 2011 kmaren. Maaf yah (super) telat (banget) ngepost hehe.

Profesi ahli gizi ter-registrasi (registered dietitian atau registered nutritionist atau apapun lah itu yg sampai skrg masih blm jelas) akan secepatnya dilegalkan dan dibuat standarnya.
Soal isu interprofesi (antara dokter SpGK dan ahli gizi atau antara ahli gizi atau ahli madya, dll)  blm terlalu jd concern AIPGI. Mungkin krn msh ngurus profesi gizinya sendiri dulu kali ya?

HPEQ disebut2 bbrp kali di meeting itu, dianggap sbg trigger untuk AIPGI supaya segera memikirkan masa depan ahli gizi demi derajat kesehatan rakyat Indonesia yg lebih baik :)
(HPEQ
: Health Professional Education Quality, proyek Dikti yg bekerjasama dgn World Bank untuk meningkatkan kualitas pendidikan profesi kesehatan di Indonesia. Ada 7 bidang: kedokteran umum, kedokteran gizi, kebidanan, keperawatan, farmasi, kesehatan masyarakat, dan tentunya GIZI :D)

Dibahas jg soal
‎​perbedaan kompetensi sarjana gizi dikarenakan perbedaan fakultas pengampu prodi gizi. Itu udah clear bahwa bukan berbeda kompetensi tetapi berbeda kultur aja. Intinya 80% mata kuliah sama, sisa 20% diserahkan k kebijakan msg2 prodi. Misal IPB krn pertanian jd lebih k pangan&masyarakat. UGM Undip UB lebih k klinis krn di bwh FK. Dll. Soal perbedaan kompetensi disepakati hanya mindset dan perasaan melihat rumput tetangga lebih hijau aja :p

Bener banget. S.Gz kyk ga punya lahan, tlalu luas dan cenderung k industri pdhl klinis msh butuh; begitu jg sebaliknya.
‎​
Bicara ttg RD. Skrg sekolah RD baru dbuka di UGM, udah ada 7 angkatan, tp yg ada ujian kompetensi baru angkatan pertama. 6 sisanya ga pake ujian krn sebenernya blom ada standardisasi kompetensi yg jelas (kalo ada yg mau koreksi, silakan hehe). Yg bs ambil RD di UGM hanya S.Gz lulusan UGM, di luar itu ga boleh (atau boleh tp dgn mekanisme yg cukup sulit). Ini diprotes banget, banyak yg nanya2 k ILMAGI. Nah kmaren disampein. Stelah debat2 ala orang pinter bersama tetua2 AIPGI, diputuskan akan ada universitas yg akan buka RD dlm waktu dekat dan diperbolehkan lintas universitas *yeaaaaay! :)

Aku sempet ngobrol langsung sm ketua AIPGI (Pak Hamam), beliau bilang ingin sekali bertukar pikiran dgn mahasiswa dalam penyusunan kurikulum&sistematika S1 gizi dan RD. Menurut beliau, Ilmagi-lah media yg tepat :) Peran Ilmagi (yg jg disetujui oleh bapak2&ibu2 di AIPGI) adalah sbg penyambung apa maunya mahasiswa dgn penyelenggara pendidikan. Juga sbg penyemangat supaya AIPGI cepet2 beresin sistematika RD hehe.

Ilmagi sudah menyusun artikel untuk dipublikasikan secara luas dan khusunya untuk AIPGI dan PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia). Isinya ttg apa sih yg sebenarnya diinginkan mahasiswa gizi nanti kalo udah lulus dan apa pendapat mahasiswa gizi ttg RD.
*applause untuk teman2 departemen Isu dan Advokasi Ilmagi :D

Anyway, skrg saya (atas nama Ilmagi) masih mjd anggota dr HPEQ
 students walaupun sudah lengser dari kursi kerajaan sekjen hahaha. Kita di HPEQstudents menjalankan misi untuk menyelaraskan interprofessional education untuk pendidikan profesi kesehatan di Indonesia. Dalam waktu dekat akan ada kabar lg ttg HPEQ, secepatnya akan dipublish.

Sepertinya tulisan ini sudah terlalu panjaaaaaaaaang. Semoga bisa memberi inspirasi dan berguna buat temen2 semuaaa :D

Cheers,
Busaski *S.Gz soon to be!*

Apa kata mahasiswa gizi tentang RD?

Apa kata mahasiswa gizi tentang RD?
(Oleh: Departemen Isu dan Advokasi, ILMAGI 2010-2011)

Dietisien adalah seorang profesional tenaga kesehatan yang fokus dalam bidang makanan dan gizi dalam mengupayakan peningkatan mutu kesehatan seseorang. Perannya sangat krusial dalam preparasi dan pelayanan makanan, modifikasi diet, partisipasi dalam penelitian, dan menyuluh individu atau kelompok tertentu dalam membentuk kebiasaan hidup sehat. Sekarang sudah mulai muncul seorang dietisien profesional yang menyediakan pelayanan spesialis, seperti pada penyakit diabetes, obesitas, penyakit ginjal, osteoporosis, dsb.

RD (Registered Dietitian) adalah profesi dalam bidang kesehatan yang dapat memberikan saran tentang gizi, makanan dan pilihan makanan yang sehat untuk agar terlihat lebih baik. Persyaratan untuk menempuh jenjang pendidikan RD merupakan mahasiswa lulusan S1 Ilmu Gizi. Akan tetapi di Indonesia regulasi dan kompetensi mengenai RD masih belum jelas adanya. Kesimpang siuran ranah dan kompetensi antara lulusan D3 Gizi, S1 Gizi, dan RD masih terjadi di Indonesia. Sehingga jenjang pendidikan RD dapat dikatakan mati suri.

Berdasarkan opini mahasiswa program studi gizi di Indonesia, gelar RD ternyata memang banyak diminati dan dibutuhkan. Minat mereka terbuktikan dalam antusiasme dukungan setelah adanya wacana bahwa gelar RD akan dibuka di empat perguruan tinggi di Indonesia, mengikuti UGM (Universitas Gadjah Mada),  sebagaimana hasil workshop AIPGI beberapa pekan lalu. Perguruan tinggi tersebut adalah UB (Universitas Brawijaya), UNDIP (Universitas Diponegoro), IPB (Institut Pertanian Bogor), dan UNHAS (Universitas Hasanuddin).

Keberadaan RD dianggap sangat penting sebagai bukti profesionalisme ahli gizi/ dietisien dan calon keduanya. Gelar sarjana saja tidak cukup menjamin eksistensi ahli gizi/dietisien bagi mahasiswa S1 gizi yang telah lulus. Hal ini dikarenakan mereka membutuhkan tidak sedikit prestasi untuk dapat diakui saat bekerja di instansi tertentu. Tidaklah cukup mendapatkan teori di kelas, praktek lapangan, dan atau magang singkat, tetapi perlu dijalankan suatu pembelajaran yang menguji kompetensi kita dalam level profesi sebagaimana dijalankan pada jurusan Pendidikan dokter atau Ilmu Keperawatan. Dengan adanya RD, diharapkan masyarakat dan seluruh tenaga kesehatan lainnya mengakui dan mengenal kompetensi seorang ahli gizi/dietisien profesional.

RD juga mampu memperjelas kompetensi ahli gizi / calon ahli gizi di dunia kesehatan. Awalnya memang hanya ada jurusan gizi tingkat Diploma III dan Diploma IV, namun saat ini sudah ada pengembangan ke tingkat S1 dan mulai bermunculan tenaga kesehatan spesialis gizi klinik/medis. Batas ruang lingkup kerja ketiganya masih belum jelas, dimana satu lulusan bisa mengerjakan kompetensi dari banyak ranah. Padahal di luar negeri, seorang ahli gizi sudah memiliki kewenangan atas ruang lingkupnya sendiri, yaitu gizi klinik/dietetik. Maka, sangat diperlukan bagi seorang dietisien atau ahli gizi untuk diakui kejelasan profesinya dan RD inilah salah satu cara untuk membuat batas-batas tersebut menjadi jelas.

Hampir di banyak negara, hanya beberapa orang yang mempunyai syarat profesi dan surat pendidikan tertentu yang dianggap sebagai dietisien. Sedangkan nutrisionis adalah panggilan pada ahli gizi secara umum, dan perannya memang sangat berbeda dengan seorang dietisien, sehingga tidak dapat disamaratakan. Jadi gelar RD cukup berpengaruh dalam membedakan dietisien dengan nutrisionis, dimana RD memang spesifik di ranah gizi klinik.

RD juga memiliki peranan signifikan untuk menaikkan citra bangsa Indonesia dan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan. Hal ini dikarenakan RD sudah banyak dan memang sudah eksis di negara-negara maju. Masyarakat yang mengenal RD bisa lebih percaya dan kesadaran akan kesehatan akan meningkat. Masyarakat dapat berkonsultasi ke RD (yang dapat membuka praktek mandiri). Dengan demikian, masyarakat mampu mengubah pola pikir serta gaya hidup mereka ke arah yang lebih sehat. Perlahan-lahan, derajat kesehatan masyarakat akan meningkat. Dengan RD, masyarakat akan sehat secara mandiri. Anggaran kesehatan pemerintah pun dapat dipakai untuk lebih fokus ke penanganan gizi buruk.

Oleh karena itu, perlu adanya perwujudan profesi RD di universitas yang memiliki program studi gizi, khususnya gizi klinis. Selain itu, perlu adanya sosialisasi pengenalan tentang RD ke masyarakat agar mereka tahu peran spesifik RD dalam mempromosikan kesehatan. dengan demikian, masyarakat dapat lebih mengenal seorang RD dan paradigma masyarakat terhadap kesehatan mandiri dapat tercapai.

Sumber:
1.     1. Hasil diskusi ILMAGI dengan AIPGI, Februari 2011
2.     2. Dengar pendapat mahasiswa gizi, 2011
3.     3. Pengurus harian nasional (PHN) ILMAGI 2010-2011